Ilhamsadli.com,- Pasti tidak hanya sekali kita mendengarkan lirik lagu dari sang legend ini, yang seakan menjadi tamparan keras untuk kita semua. “Mungkin alam mulai enggan, bersahabat dengan kita” menggambarkan bahwasanya alam sudah tidak bersahabat lagi. Apalagi beberapa tahun terakhir kita dilanda banyak sekali musibah dan bencana alam. Angka korban dan kerugian yang diperolehpun terbilang tidak sedikit.
Beberapa waktu yang lalu, sempat browsing mengenai total jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia. Dan subhanallah ternyata menurut pencatatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sekitar 1175 kali Indonesia dilanda bencana selama tahun 2022 (sumber: Inews dan katadata). BNPB merinci bencana alam akibat banjir sebanyak 459 kejadian, 428 akibat cuaca ekstrem, 213 kasus tanah longsor, 58 kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), sembilan kali gempa bumi, serta delapan kasus gelombang pasang dan abrasi. Kemudian, dampak kerusakan yang diakibatkan berbagai bencana alam tersebut membuat 20.962 rumah rusak yang terdiri dari 3.505 rusak berat, 3.919 rusak sedang, dan 13.538 rusak ringan.
Dengan angka kerusakan dan bencana yang terjadi, bisakah dibayangkan berapa banyak korban yang terdampak? Sungguh sangat tidak terbayangkan betapa banyaknya. Dan hal yang bisa kita lakukan ketika itu semua terjadi adalah berdoa yang terbaik serta membantu meringankan beban dari para korban.
Karena aku tinggal di Jawa Timur, maka beberapa bencana dan fenomena alam terdekat adalah Erupsi Gunung Semeru dan Hujan Es Batu di Surabaya. Dan subhanallah itu imbasanya tidak hanya dirasakan oleh lokasi yang terdampak semata, melainkan daerah di sekitarnya juga merasakan dampaknya. Lalu pertanyaannya, ini semua jika dikembalikan pada teori sebab akibat maka kira-kira apa penyebabnya? Apakah karena Alam mulai bosan dan enggan bersabahat dengan kita? Terus pada siapa kita akan bertanya? Apakah pada rumput yang bergoyang?
Upaya Untuk Mengatasi Perubahan Iklim
Tapi kalau dibalikan lagi ke ranah teori sebab akibat, maka bisa jadi semua bencana dan fenomena alam terjadi karena perilaku dan tindakan kita. Misalkan karena kita terbiasa membuang sampah sembarangan sehingga sampah bertumpuk dan mengakibatkan udara kotor hingga mengakibatkan bancir atau hancurnya ekosistem laut. Seberapa sering kita melihat berita bahwa ada biota laut yang rusak karena sampah plastik dan seterusnya.
Permisalan kedua yang bisa saja menjadi penyebab bencana dan fenomena alam ini adalah fenomena hujan es, padahal Indonesia bukan negara dengan musim salju. Perubahan ini bisa saja karena efek dari pemanasan global, dan pemanasan global ini penyebabnya bisa saja adalah kita sendiri. Hal sederhana yang juga menyebabkannya adalah tidak menghemat listri atau tidak menggunakan listrik dengan pintar. Karena sadar dengan hal ini, maka beberapa upaya yang aku pribadi dan keluarga mencoba terapkan adalah seperti ini:
1. Membiasakan Untuk Membuang Sampah pada Tempatnya
Sebenarnya kebiasaan ini sudah kumulai ketika SD karena memang diajarkan demikian oleh Ibu di rumah. Sampai pada akhrinya ketika sudah menikah, kebiasaan ini masih terbawa. Bahkan ketika ada sampah yang ada di sekitar, biasanya reflek saja begitu untuk membersihkannya. Apalagi ditambah dengan istri yang sensitif dengan debu dan kotoran, alhasil kebersihan dan persoalan sampah ini menjadi satu diantara sekian cara untuk membahagiakan istri.
Bayangkan saja bagaimana ia bersin-bersin ketika sudah terkena debu dan asap kendaraan. Bukannya kenapa, tapi kasihan saja ketika melihat istri bersin-bersin karena debu dan asap kendaraan setelah melakukan perjalanan. Jadi, berharap banget suatu saat tidak akan ada lagi asap kendaraan karena semuanya sudah berteknologi canggih tanpa menggunakan bahan bakar minyak.
Karena dua alasan inilah kemudian selain menjaga kebersihan seperti membuang sampah dibiasakan, juga solusinya sementara ini adalah menggunakan masker. Beruntung masker ini menjadi sesuatu yang wajib digunakan saat ini.
2. Membiasakan Untuk Menghemat Listrik
Kebiasaan kedua yang mulai dibiasakan adalah menghemat listrik. Kalau ini sebenarnya adalah kebiasaan istri, terlebih katanya sebelum menikah hampir bisa dikatakan jarang menggunakan lampu ketika berkegiatan, biasanya hanya cukup dengan lampu belajar saja (menggunakan bateray). Saking kebiasaan ini mulai dilatih, kadang istri suka ngambek karena lupa mematikan lampu kamar ketika keluar kamar.
Ya, memang tujuannya untuk hemat listrik seperti taglinenya PLN. Tetapi setidaknya istri juga bilang “ini juga untuk mengurangi konsumsi energi dan mengurangi pemanasan global”. Sungguh istri yang perhatian memang, jadi makin sayang sama istri. Sehat selalu ya sayaang…
3. Mulai Menanam Tanaman Meskipun Hanya Tanaman Hias
Nah, kalau yang satu ini memang kebiasaan dan yang suka dilakukan oleh istri. Oh ya, karena masih tinggal bersama mertua alias bisa dikatakan kalau sementara ini masih tinggal di rumah orang tua. Dan salah satu kegiatan ketika liburnya ibu mertua adalah merawat tanaman di depan rumah. Saking banyaknya tanaman, sampai ketika mendapatkan kiriman paket dan yang dijadikan patokan adalah “rumah yang punya banyak tanaman”.
Seperti kebiasaan kebiasaan ibu mertua tidak jauh berbeda dengan kebiasaan ibu di rumah. Karena beliau berdua memang tipe orang yang ketika diam dan hanya goleran saja membuatnya merasa suntuk. Tetapi terlepas dari itu semua, aku berterima kasih kepada beliau berdua karena berkat tindakannya beliau inilah para anak-anaknya bisa mendapatkan udara bersih setiap harinya.
Btw, itu 3 hal yang aku lakukan untuk mengurangi polusi, pemanasan global atau sejenisnya yang diakibatkan oleh perbuatan kita sendiri. Karena aku pribadi tidak ingin jikalau lirik lagu yang dibawakan oleh Ebiet G. Ade menjadi kenyataan.
Dan sering kali kita menyalahkan orang lain namun tidak sadar bahwa sebenarnya kesalahan itu kita sendiri yang melakukannya. Ini semua aku lakukan untuk orang-orang tersayang dan #UntukmuBumiku . Karena kita bisa memberikan efek dari hal yang sederhana dan kecil. Kalau katanya Aa Gym semuanya harus dimulai dari 3 M. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari sekarang agar bisa masuk dalam barisan #TeamUpforImpact.